Pemandangan yang berlebihan kulihat lagi hari ini.
Miskab berlari ke kamarnya, ia memeluk boza dalam tangisannya.
Pertanyaan yang sama selalu muncul dalam kepalaku. Ada apalagi dengan miskab? Mengapa ia tidak segera menyadari bahwa apa yang ia lakukan tidaklah penting bagi kebahagiaannya. Miskab seharusnya berlarian dalam jiwaku. Merayakan kemenangannya. Tapi kenyataannya ia lebih memilih berpura-pura dalam kesedihan. Sungguh miskab yang malang.